Sabtu, 21 Maret 2009

MENGENALI GEJALA JANTUNG KORONER


Tak cuma nyeri dada. Penyakit jantung koroner juga memiliki gejala khas lainnya. Anda perlu mengenalinya. Jangan sepelekan nyeri dada!

Apalagi jika nyeri itu Anda rasakan di bagian tengah dada dan menjalar ke lengan kiri atau leher, bahkan menembus ke punggung. Perlu Anda tahu, nyeri dada merupakan keluhan yang paling sering dirasakan oleh penderita penyakit jantung koroner (PJK).

Seperti dikatakan dokter Yoga Yuniadi SpJp, spesialis jantung dan pembuluh darah dari Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta Utara, nyeri dada yang disebut juga angina pectoris bukanlah satu-satunya gejala PJK. Penyakit mematikan ditandai pula oleh penjalaran nyeri hingga ke lengan kiri, leher, bahkan menembus ke punggung. ''Nyeri dada khas PJK timbul hanya ketika melakukan aktivitas fisik dan akan berkurang jika istirahat,'' lanjut Yogi.

Itu sebabnya, orang seringkali mengabaikan nyeri ini karena dianggap hanya gejala sakit biasa. Padahal, jika tak segera ditindaklanjuti, gejala ini akan memicu serangan jantung tiba-tiba (infark miokard akut) dan dapat menimbulkan kematian. Selain gejala-gejala di atas, dapat pula timbul gejala penyerta seperti keluar keringat dingin dan munculnya rasa mual. Sayangnya, pemahaman masyarakat terhadap PJK masih kurang. Data menunjukkan, sekitar 50 persen kasus meninggalnya penderita penyakit jantung disebabkan oleh kurang pahamnya si penderita dan orang-orang terdekatnya terhadap penyakit ini sehingga penderita tidak sempat dibawa ke rumah sakit.

Saat ini, PJK merupakan salah satu penyebab utama kematian. Di Indonesia, jumlah penderitanya pun terus bertambah. Salah satu sebabnya, adalah telah terjadi perubahan pola hidup, terutama konsumsi makanan yang cenderung kurang sehat. Selain itu, tekanan lingkungan kerja yang menyebabkan stres berkepanjangan juga meningkatkan risiko munculnya PJK.

Apa itu PJK
PJK adalah penyempitan atau tersumbatnya pembuluh darah arteri jantung yang disebut pembuluh darah koroner. Sebagaimana halnya organ tubuh lain, jantung pun memerlukan zat makanan dan oksigen agar dapat memompa darah ke seluruh tubuh. Pasokan zat makanan dan darah ini harus selalu lancar karena jantung bekerja keras tanpa henti. Pembuluh darah koroner lah yang memiliki tugas untuk memasok darah ke jantung. Tentu saja, jantung akan bekerja baik jika terdapat keseimbangan antara pasokan dan pengeluaran. ''Jika pembuluh darah koroner tersumbat atau menyempit, maka pasokan darah ke jantung pun akan berkurang.

Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan dan pasokan zat makanan dan oksigen,'' jelas Yoga, alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) 1989. Menurutnya, makin besar prosentase penyempitan pembuluh koroner, makin berkurang aliran darah ke jantung. Akibatnya, timbullah nyeri dada.

Ada beberapa hal yang menjadi faktor risiko PJK. Hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes mellitus, merokok, kurangnya aktivitas fisik, dan dislipidemia adalah faktor risiko yang dapat diubah (modifiable). Artinya, Anda dapat melakukan tindakan-tindakan untuk mencegah timbulnya faktor-faktor risiko di atas agar terhindar dari PJK.

Karena itu, bila Anda menderita hipertensi, dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah sampai pada tingkat yang aman. Hindari pula makanan yang banyak mengandung kolesterol. ''Periksakan kadar kolesterol Anda secara rutin dan capailah target kadar kolesterol darah yang sehat.'' Jangan lupa pula, olahraga yang teratur dan terukur. Dalam hal ini, yang paling dianjurkan adalah olahraga yang bersifat aerobik.

Di samping faktor risiko yang dapat diubah, ada pula faktor risiko yang tidak dapat diubah (inmodifiable). Termasuk dalam faktor risiko yang tak dapat diubah adalah jenis kelamin pria, usia (di atas 40 tahun), dan riwayat keluarga dengan PJK. Walau begitu, bukan berarti wanita terbebas sepenuhnya dari risiko PJK. ''Di Amerika, kematian mendadak akibat PJK justru sebagian besar terjadi pada wanita,'' kata Yoga. Pada usia muda, memang lebih sedikit wanita yang terkena PJK. Namun, pada wanita yang berusia 65 tahun lebih atau wanita di usia menopause, besarnya risiko untuk terkena PJK sama dengan pria. Risiko PJK yang lebih tinggi akan dialami pula oleh wanita yang berusia di atas 35 tahun dengan kebiasaan merokok.

Makin dini, makin baik
Secara umum, spektrum PJK dibagi menjadi dua yaitu spektrum stabil dan tidak stabil (kegawatan). Pada spektrum stabil, kata Yoga, gejala baru timbul ketika terjadi peningkatan aktivitas. ''Ini dapat dicegah dengan melakukan perubahan gaya hidup. Berhenti merokok misalnya atau rajin berolahraga.'' Terhadap penderita PJK pada spektrum stabil ini biasanya diberikan obat.

Pada penderita PJK spektrum tidak stabil, nyeri dada muncul bahkan pada saat beristirahat. Nyerinya pun dapat terjadi selama 15 menit, dan nyeri itu biasanya tetap terasa meski telah diberi obat. Menurut ayah tiga anak ini, yang perlu dilakukan saat seseorang terkena serangan jantung adalah segera hentikan aktivitas, dibaringkan, ditenangkan, dan dilonggarkan pakaiannya. Untuk menyelamatkan penderita jantung, kata Yogi, segera bawa ke rumah sakit agar dapat dilakukan upaya pembukaan kembali sumbatan arteri koroner yang terjadi (reperfusi). ''Ingat, time is muscle. Artinya, makin dini penanganannya, makin banyak otot jantung yang bisa diselamatkan.''

Reperfusi dapat dilakukan dengan menggunakan obat tromboliosis atau penghancur gumpalan darah atau memakai cara mekanis yaitu dengan intervensi kateterisasi jantung yang disebut Percutaneous Ballon Angioplasty (PTCA) melalui peniupan (balloning) atau pemasangan penyangga (stent). Selain itu, dapat pula dilakukan operasi by pass atau Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) dengan memasang pembuluh darah pintas (bypass grafting) pada pembuluh koroner jantung yang sempit atau tersumbat (baca boks). CABG merupakan merupakan bedah jantung koroner yang prosesnya lebih cepat. Bahkan, beberapa pasien dapat dibangunkan di kamar operasi.

Sumber :
http://www.republika.co.id/ASP/koran_detail.asp?id=173688&kat_id=123
27 Sept 2004

Sumber Gambar :
http://www.pedulikolesterol.com/site/images/clips/clip_image002.jpg
http://pikofir.biz/wp-content/uploads/2008/11/jantung-koroner-parah.jpg

8 komentar:

  1. Tambahan info.
    Ada terapi kedokteran yang disebut dengan terapi khelasi EDTA dan Plaquex guna pengobatan ataupun pencegahan penyakit jantung koroner, stroke, diabetes, asam urat, hipertensi (tekanan darah tinggi) dan berbagai penyakit degeneratif (anti-aging) lainnya. Semoga membantu.

    Salam.
    dr Anis

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  3. nice info...
    nenek saya mengalami jantung koroner, berapa lama agar dapat sembuh dari penyakit ini?
    terima kasih....

    BalasHapus
  4. teman saya mengalami jantung koroner,tapi kenapa di sertai dengan batuk yang sulit sekali berhenti jika kambuh.kenapa itu bisa terjadi?apa batuk itu juga sebab dari jantung koroner atau karena penyakit lain?

    BalasHapus
  5. Saya merasa nyeri awalnya dari centong lengan belakang, kini sudah mulai kedepan dalam waktu 7 bulan, sy sudah coba ke dokter namun obat yg diberikan msh belum berasa, setiap tidur dada merasa nyeri, namun bila beraktifitas malah tak terasa.. adakah solusi lain ya.... untuk sembuh...??? terima kasih..

    BalasHapus
  6. dahsyat.. tikel yang menarik. silahkan juga berkunjung ya ke web saya.
    http://www.xamthoneindonesia.com

    BalasHapus
  7. klo detak jantung tidak stabil apa itu termasuk penyakiit jantung koroner
    trimakasih sblmy.....

    BalasHapus